Selasa, 23 September 2008

Psikologi " orang sendiri "

Saat terjadi peristiwa Bom Bunuh Diri di Jakarta, beberapa tokoh nasional langsung muncul di televisi untuk memberi komentar.

Mereka menyesalkan tindakan pem-bom-an tersebut dengan menggunakan argumentasi2 seperti ini :

"Mengapa melakukan hal itu di negara sendiri, bukankah yg menjadi korban adalah sesama orang Indonesia?"

Ini adalah suatu pernyataan yg simpatik dan enak didengar ditelinga, tapi masalahnya...
Kalau mengebom sesama orang Indonesia itu salah, lalu apakah orang luar negeri boleh di bom ?


Ada juga yg memberi komentar mencerca si pelaku dengan kalimat ini :

"Mayoritas korban Bom adalah orang Muslim sendiri!!"

Wah kalimat ini terdengar sangat logis...
Tentu saja kita setuju, orang Muslim tidak boleh dibom begitu saja, namun apakah orang non-muslim boleh dibom ?

Semua kalimat2 diatas adalah pertunjukkan "Psikologi Orang Sendiri"

"Orang Sendiri" tidak boleh dilukai,
"Orang Sendiri" harus dicintai,
"Orang Sendiri" harus diutamakan.

Semua pemimpin berusaha menerapkan Psikologi "Orang Sendiri" kepada pengikutnya, tentu supaya dirinya memperoleh dukungan yg lebih solid.

Misalnya saat Pilkada DKI,
beberapa orang menyuarakan agar hanya "Putra Daerah" atau orang Betawi Asli sajalah yg boleh dipilih, orang lain tidak boleh ikut.
Menurut mereka, Orang Betawi adalah "Orang Sendiri", non-betawi adalah "Orang Lain"

Hampir semua pemimpin pasti mengeksploitasi Psikologi ini.

Contoh lainnya adalah Saddam Husein,
Sehari-harinya, Saddam adalah seorang pemimpin Sekular, hidupnya penuh dengan pesta pora dan tidak peduli agama.

Namun saat menghadapi bahaya (Amerika), tiba2 dia menggunakan Agama sebagai alat pendukung.
Dengan Agama, dia bisa membuat "Psikologi Orang Sendiri"

Saddam menggunakan kata "Kita" dan "Mereka"
"Kita" adalah Muslim, "Mereka" adalah Barat.

Saddam berusaha membuat opini bahwa meskipun dia jahat dan kejam, dia adalah Muslim, dia adalah "Orang Sendiri".

Bukankah "Orang Sendiri" harus diutamakan ?
Bukankah "Orang Sendiri" harus dibela mati-matian ?

Saddam berusaha meyakinkan orang bahwa kalau dia diserang maka artinya Islam diserang !
Kalau dia dikalahkan maka artinya Islam dikalahkan !

Ini adalah strategi dasar orang politik.


Orang yang jiwanya besar atau orang Agung, mampu mengeluarkan dirinya dari kotak-kotak atau golongan-golongan.
Bagi orang seperti ini, kasih dan keadilan tidak memandang bulu.

Tapi sayangnya orang seperti ini hanya ada sedikit,
rata-rata orang hanya mampu mencintai golongannya sendiri.

Semakin kecil jiwa seseorang, semakin kecil kotak yg ditempatinya.

Misalnya begini,

Bagi Orang Kristen yg hanya mencintai sesama Kristen, dia hanya mencintai 2 Milyar orang dari 6 Milyar penduduk dunia.

Orang Indonesia yg hanya mencintai sesama bangsa sendiri, hanya mencintai 220 juta orang saja.

Orang betawi yg hanya mencintai sesama betawi, hanya mencintai beberapa puluh juta orang.

Apalagi orang yg hanya mencintai keluarganya, jiwanya hanya berisi 4 atau 5 orang.

Yang paling parah, orang yg hanya mencintai dirinya sendiri, didunia hanya ada 1 orang yg layak dicintai, yaitu dirinya...


Contoh lain...

Ibu saya bukan orang Kristen,
suatu hari dia coba2 pergi ke gereja.
Ternyata didalam gereja, si Pendeta hanya menyapa "saudara2 seiman", dan berkali2 menyebut kata tersebut.
Akhirnya Ibu saya merasa dianggap sebagai "Orang Lain" dan tidak mau lagi masuk ke gereja.

Psikologi "Orang Sendiri" meskipun sangat nikmat didengar oleh kalangan internal, namun sebenarnya sangat kejam.

Psikologi ini membeda-bedakan orang yg satu dengan yg lain.
Psikologi ini meninggikan sekelompok orang dan merendahkan lainnya.

Psikologi ini menjadi akar kekerasan dan benturan antar golongan, inilah sebabnya manusia selalu berperang dan saling membunuh.

Banyak orang yg dari kecil sudah di-didik untuk membenci "Orang Lain" dan hanya mencintai "Orang Sendiri"


Tahukah anda bahwa semua bayi dilahirkan netral ?

Namun Ironis sekali, banyak orang yg menjadi jahat karena dirusak oleh orangtua-nya sendiri.

Kalau anaknya orang lain mencuri, langsung digebukin sampai mati.
Tapi kalau anaknya sendiri mencuri, dibela mati2an.

Anak yg dibesarkan dengan "Keistimewaan" seperti ini cenderung menganggap dirinya selalu benar dan lebih berharga dari orang lain.

Setelah besar, ia akan berani merugikan orang lain demi keuntungan diri sendiri.

Misalnya Mantan Persiden kita, Soeharto.
Harus diakui dia adalah pemimpin yg hebat, tapi sayangnya dia mencintai keluarganya lebih dari yg seharusnya.
Maka akhirnya anak2nya merajalela dan membuat banyak kejahatan.

Ada pepatah China yg mengatakan
"Cintai anak orang lain seperti anak sendiri, hormati semua orang tua seperti menghormati bapa ibu sendiri"

Kalau semua orang bisa mencintai orang lain tanpa memandang golongan, suku, agama, bangsa, ras dll maka tidak ada perang didunia ini.
Tidak ada konflik Ambon atau perang Aceh.

Perbedaan memang tidak mungkin dihindari, tapi keagungan jiwa seseorang mampu melampaui perbedaan.

Mencintai orang yg berbeda itu sangat sulit, apalagi kalau kita tidak di-didik seperti itu dari kecil.

Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba memulai dari sekarang.

Atau minimal, waspadalah terhadap pemimpin2 yg berusaha membangun "Psikologi Orang Sendiri",
berusaha meraih dukungan dengan mengobarkan kebencian terhadap "Orang Lain"

Tidak ada komentar: